Narkoba merupakan hal yang amat menakutkan untuk bangsa ini.
Momentumnya selalu mengancam masa depan anak bangsa. Berkembangnya
penyebarluasan narkoba memang sudah sangat mengkhawatirkan.
Keberadaannya sudah barang tentu menjadi tanggung jawab kita bersama.
Sebagai mahasiswa, dimana yang sudah seharusnya berfikir secara
dewasa, berfikir tidak untuk diri sendiri melainkan berfikir tentang
masa depan bangsa ini. Tanggung jawab itu memang mau tidak mau ada di
pundak kita semua. Dan sebagai realisasinya, kita dapat ikut berperan
aktif dalam hal yang mencakup bidang NARKOBA yang sudah kita ketahui
bersama, bahwa benda itu berperan besar dalam merobohkan bangsa ini.
Anggaplah dan yakinilah bahwa narkoba adalah musuh besar
pemuda-pemudi Indonesia. Kita harus menghindarinya, kita harus
memusnahkannya, dan kita harus serius pada diri kita sendiri “SAY NO TO
DRUGS”!
Di bumi pertiwi ini rasanya tidak heran dan tidak asing lagi di
telinga kita sebuah kata yang sering kita sebut “NARKOBA”. Mulai dari
penyebarannya sampai pada kasus-kasus kriminalitas yang bersangkutan
dengan narkoba. Mulai dari kaum bawah sampai kaum tingkat atas yang
tersandung kasus karena kepemilikan, pemakaian, bahkan penyebaran
narkoba. Sepertinya narkoba memang tidak pandang bulu dalam menggoda
iman seorang individu.
Kebanyakan dari kasus penyebaran narkoba, adalah dilandasi dengan
motif ekonomi. Keadaan ekonomi yang sulit, apalagi di Indonesia, mencari
pekerjaan sulit, pengangguran di sana-sini, pembinaan terhadap
pengangguran kurang begitu difikirkan oleh pemerintah, krisis yang terus
menerus, harga kebutuhan pokok yang terlalu mahal, ini semua sangat
memungkinkan menjadi penyebab utama, penyebaran narkoba disebabkan karna
motif ekonomi rakyat yang begitu sulit. Bagaimana tidak mungkin dalam
situasi ekonomi yang sangat sulit, rakyat kecil berdiam diri membiarkan
dirinya kelaparan, mereka pasti akan berusaha untuk mendapatkan uang
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan pemerintah dan para
pejabat-pejabat negara tidak memikirkan sedikitpun nasib rakyat kecil,
mereka hanya bisa memikirkan diri mereka sendiri, menikmati kekayaan
yang mereka peroleh. Mungkin bagi sebagian kecil rakyat yang kesulitan
dalam bidang ekonomi mereka, mereka kadang lebih memilih jalan pintas,
seperti mengedarkan narkoba. Mengedarkan narkoba bukanlah hal yang
mudah, tetapi dengan mengeedarkan narkoba hasil yang didapat tidaklah
kecil walaupun dengan resiko yang sangat besar. Itulah jalan pintas yang
menyesatkan, apabila moral dan iman tidaklah kuat, bukanlah hal yang
tidak mungkin ini menjadijalan pintas yang sering dilakukan oleh
kebanyakan orang. Haruskah kita menodai dan mencoreng nama bangsa kita
sendiri???
Fenomena lain adalah bahwa pemakai narkoba sebagian besar adalah anak
bangsa yang masih memiliki jiwa muda. Mereka masih remaja, mereka masih
di bawah umur, tetapi mengapa mereka menjadi pecandu narkoba???
Labilnya kondisi jiwa dari anak muda memang mengkhawatirkan. Tetapi
memang anak muda memang labil, tetapitidak semuanya yang menjadi pecandu
narkoba. Dalam hal ini peran orang tua sangatlah penting dalam
membimbing anaknya dalam menjalani kehidupan. Mereka labil, namun bila
kelabilan itu selalu dilatih untuk menjadi stabil, pastilah tidak akan
terjadi kefatalan, seperti menjadi pecandu narkoba. Di sinilah peran
orang tua sangat dibutuhkan.
Memang dalam menghadapi globalisasi kehidupan sangatlah dipengaruhi
dari pengaruh intern dan ekstern. Pengaruh intern misalnya adalah peran
diri sendiri dan orang tua, sedangkan pengaruh ekstern dapat
dimisalkanperan lingkungan sekitar (masyarakat, sekolah, dan pengaruh
teman).
Kemudian kita sebagai mahasiswa, apakah peran kita? Mahasiswa adlah
individu yang dewasa dan mandiri. Mereka dapat mengatur hidupnya sendiri
dan juga dapat menjadi pemimpin bagi orang banyak. Di sini kita sebagai
mahasiswa banyak sekali peran yang dapat kita lakukan dalam memusnahkan
narkoba. Di Universitas Negeri Semarang ada suatu wadah yang bernama
Gerakan Mahasiswa Anti Narkoba (GERHANA) . dengan adanya wadah ini kita
dapat mengupayakan P4GN di lingkungan kampus dan juga masyarakat. Kita
dapat mengadakan sosialisasi tentang bahaya narkoba kepada siswa
SMP/SMA/sederajat dengan maksud dan tujuan untuk lebih memberikan
pemahaman yang lebih banyak lagi tentang narkoba dan bahayanya kepada
adik-adik kita.
Sebuah sosialisasi merupakan pendekatan secara halus agar tercapai
tujuan yang diinginkan. Jika bukan kita, lalu siapa lagi yang harus
melakukan ini semua. Kita adalah penerus bangsa dan bangsa kita adalah
bangsa yang bebas dari narkoba. HIDUP MAHASISWA INDONESIA! SAY NO TO
DRUGS!
Dibawah ini artikel yang menggunakan Ragam Bahasa Semi Ilmiah :
Gempa
Mentawai Mampu Picu Gempa Lebih Besar
Gempa 7,2 dalam Skala Richter
(SR) yang terjadi di Kepulauan Mentawai mampu memicu gempa lebih besar
(megathrust) dari gempa sebelumnya.
"Kalau
ditanya kemungkinan terjadi, bisa saja kemungkinan itu terjadi," kata
Kepala Bidang Gempa Bumi dan Pergerakan Tanah Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Geologi (PVMG), I Gede Swantika, saat berbincang dengan detikcom, Rabu
(27/10/2010).
Namun,
dia melanjutkan, kemungkinan megathrust tidak terjadi dalam waktu dekat. Pusat
gempa berada di zona subduksi atau daerah penunjaman yang mengarah ke barat.
"Tidak
dalam waktu dekat, bisa jadi berpuluh-puluh tahun nanti," ujarnya.
Gede
mengatakan, gempa hebat yang melanda kepulauan Mentawai pada Senin lalu berada
di luar jalur Mentawai. Berbeda dengan gempa-gempa sebelumnya, yaitu gempa
Padang, Nias, Bengkulu, dan Aceh, yang terjadi di jalur Mentawai.
"Karena
berada di jalur yang sama itu gempa saling mempengaruhi gempa-gempa di
Sumatra," katanya.
Sedikitnya
113 orang tewas dalam musibah gempa dan tsunami pada Senin (25/10/2010).
Tsunami setinggi 3-7 meter adalah penyebab banyaknya korban tewas dibandingkan
dengan gempa 7,2 SR yang terjadi pukul 21.40 WIB.
Dibawah Ini artikel yang menggunakan Ragam Bahasa Non Ilmiah :
PERADILAN
RAKYAT
Cerpen Putu Wijaya
Seorang
pengacara muda yang cemerlang mengunjungi ayahnya, seorang pengacara senior
yang sangat dihormati oleh para penegak hukum.
"Tapi
aku datang tidak sebagai putramu," kata pengacara muda itu, "aku
datang ke mari sebagai seorang pengacara muda yang ingin menegakkan keadilan di
negeri yang sedang kacau ini."
Pengacara
tua yang bercambang dan jenggot memutih itu, tidak terkejut. Ia menatap
putranya dari kursi rodanya, lalu menjawab dengan suara yang tenang dan agung.
"Apa
yang ingin kamu tentang, anak muda?"
Pengacara
muda tertegun. "Ayahanda bertanya kepadaku?"
"Ya,
kepada kamu, bukan sebagai putraku, tetapi kamu sebagai ujung tombak pencarian
keadilan di negeri yang sedang dicabik-cabik korupsi ini."
Pengacara
muda itu tersenyum.
"Baik,
kalau begitu, Anda mengerti maksudku."
"Tentu
saja. Aku juga pernah muda seperti kamu. Dan aku juga berani, kalau perlu
kurang ajar. Aku pisahkan antara urusan keluarga dan kepentingan pribadi dengan
perjuangan penegakan keadilan. Tidak seperti para pengacara sekarang yang
kebanyakan berdagang. Bahkan tidak seperti para elit dan cendekiawan yang
cemerlang ketika masih di luar kekuasaan, namun menjadi lebih buas dan keji
ketika memperoleh kesempatan untuk menginjak-injak keadilan dan kebenaran yang
dulu diberhalakannya. Kamu pasti tidak terlalu jauh dari keadaanku waktu masih
muda. Kamu sudah membaca riwayat hidupku yang belum lama ini ditulis di sebuah
kampus di luar negeri bukan? Mereka menyebutku Singa Lapar. Aku memang tidak
pernah berhenti memburu pencuri-pencuri keadilan yang bersarang di
lembaga-lembaga tinggi dan gedung-gedung bertingkat. Merekalah yang sudah
membuat kejahatan menjadi budaya di negeri ini. Kamu bisa banyak belajar dari
buku itu."
Pengacara
muda itu tersenyum. Ia mengangkat dagunya, mencoba memandang pejuang keadilan
yang kini seperti macan ompong itu, meskipun sisa-sisa keperkasaannya masih
terasa.
Nama : Hardika Ristiadi Pradana
NPM : 23111220
Kelas : 3Kb02